Wednesday, 27 February 2019

Harimau Versus Singa..!! Siapa Pemenangnya..??


Singa dan harimau adalah dua hewan yang sama sama bergelar raja. Raja Hutan Versus Raja rimba Bila keduanya bertarung, kira-kira siapa yang akan menang?


Jika melihat fisik keduanya harimau jantan dewasa dan singa jantan dewasa memiliki bobot yang berimbang yaitu skitar 300 kg. Pertarungan dua raja hutan ini kerap terjadi didalam arena aduan jarang sekali terjadi pertarungan alami yang melibat kedua jenis hewan carnovora ini di alam bebas. Singa secara umum mendiami padang padang rumput Afrika sedangkan harimau pada umumnya merajai belantara belantara lebat di benua Asia.

Perbedaan habitat ini jelas membuat pertarungan alami keduanya sangatlah langka terjadi. Pertarungan hewan buas ini sempat menjadi trend dijaman Romawi Kuno. Hewan hewan ini dimasukan didalam sebuah arena untuk bertarung sampai mati. Walau tak ada catatan resmi mengenai hasil pertarungan tetapi beberapa lukisan kuno yang menggambarkan pertarungan dasyat tersebut kerap menampilkan kemenangan harimau..

Pada tahun 2011, seekor harimau membunuh seekor singa dengan sekali hantam di kebun binatang Ankara Turki. Harimau yang menemukan celah di antara pagar pembatas tanpa takut menyerang singa dan membunuhnya dengan merobek urat besar dileher singa dengan sekali tebasan. Seorang ahli biologi di Smithsonian Zoo, juga mengatakan kepada Live Science kalau harimau juga akan menang jika berkelahi dengan singa.

"Dari yang saya lihat, harimau lebih agresif. Mereka menyerang tenggorokan, dan langsung membunuh. Sementara singa lebih senang menyerang dan bermain-main dengan korbannya," ujar Saffoe. Singa jantan biasanya bertarung secara berkelompok bila ada yang menyerang wilayahnya. 

Harimau mungkin menang dalam pertarungan satu lawan satu. Namun dua atau tiga singa jantan pasti bisa mengalahkan seekor harimau. Begitu juga bila sekelompok singa betina melawan harimau betina. Mereka menyimpulkan, meski harimau bisa mengalahkan singa dalam pertarungan satu lawan satu, tetapi sekelompok singa bisa jadi menang melawan seekor harimau.

Thursday, 21 February 2019

Komodo


Komodo (Varanus komodoensis) atau yang biasa dikenal sebagai kadal monitor raksasa adalah spesies kadal yang hanya ada di Indonesia. Mereka dapat ditemui di Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Padar.  


Sebagai anggota keluarga kadal monitor komodo adalah spesies kadal terbesar yang hidup di muka bumi. Mereka bisa tumbuh hingga panjang maksimum 3 meter dengan berat badan maksimal 70 kilogram.

Karena ukurannya fisiknya yang besar maka kadal ini mendominasi ekosistem tempat mereka tinggal. Komodo berburu dan menyergap mangsa termasuk invertebrata, burung, dan mamalia. Perilaku kelompok komodo dalam berburu adalah hal yang luar biasa di dunia reptil. 

Makanan komodo besar terutama terdiri dari rusa Timor, meskipun mereka juga memakan bangkai dalam jumlah yang cukup besar. Mereka memiliki cara berburu yang unik yaitu dengan menggigit mangsanya dan mengintainya sampai mati karena keracunan atau terinfeksi kuman yang ada didalam liurnya.

Bisa yang dihasilkan komodo bersumber dari dua kelenjar di rahang bawah yang mengeluarkan beberapa protein beracun. Walupun secara biologis protein ini masih diperdebatkan tetapi kelenjar yang dihasilkannya terbukti mengeluarkan zat sejenis racun yang bisa membunuh mangsanya.

Komodo pertama kali direkam oleh para ilmuwan Barat pada tahun 1910. Ukuran mereka yang besar dan reputasi yang menakutkan membuat mereka menjadi pameran kebun binatang yang populer. Di alam liar habitat mereka telah banyak beralih fungsi akibat aktivitas ekonomi manusia.

Satwa endemic Indonesia ini telah masuk didalam daftar merah hewan kritis oleh IUCN. Keberadaan mereka kini dilindungi oleh hukum dan taman nasional, Taman Nasional Komodo, didirikan untuk membantu upaya perlindungan dan pelestarian kehidupan mereka.

Tuesday, 12 February 2019

Orang Utan


Orangutan adalah tiga spesies kera besar asli Indonesia dan Malaysia. Saat ini orang utan hanya dapat ditemukan di hutan hujan Kalimantan dan Sumatra. Mereka masuk dalam kelompok genus Pongo dan awalnya dianggap sebagai satu spesies. Tetapi sejak tahun 1996 mereka dibagi menjadi dua spesies sendiri yaitu orang utan Kalimantan P. pygmaeus dengan tiga sub species, orangutan Sumatra P. abelii dan orangutan Tapanuli P. tapanuliensis.


Perbandingan genetika menunjukkan bahwa orang utan Tapanuli terpisah dari orang utan Sumatra sejak 3,4 juta tahun yang lalu dan dari orang utan Kalimantan terpisah sejak 670.000 tahun yang lalu.Orang utan adalah satu-satunya spesies yang bertahan hidup dari subfamili Ponginae. Sementara beberapa spesies lain seperti tiga spesies genus Gigantopithecus telah dinyatakan punah.

Orang utan menghabiskan sebagian besar waktunya di pepohonan. Bulu rambut mereka berwarna coklat kemerahan namun tidak seperti halnya rambut coklat, hitam khas simpanse dan gorila. Spesies ini memiliki perbedaan mencolok didalam penampilan fisiknya. Jantan dewasa yang dominan memiliki pembalut pipi yang khas dan menghasilkan panggilan lama yang menarik perhatian betina dan saingannya yang mengintimidasi. Jantan muda tidak memiliki karakteristik ini malah sekilas terlihat seperti betina dewasa.

Diantara jenis jenis kera lainnya Orangutan adalah jenis yang paling pemalu dari kera besar lainnya. Ikatan kekeluargaan yang kuat terjadi antara ibu dan keturunannya, mereka akan tinggal bersama selama dua tahun pertama lalu berpisah untuk mencari pasangannya dan wilayah sendiri. Primata ini adalah pemakan buah buahan namun kadang mereka juga akan memakan tumbuh-tumbuhan, kulit kayu, madu, serangga, dan bahkan telur burung.

Orangutan adalah primata yang paling pintar, mereka kerap menggunakan berbagai alat alat didalam membangun sarang mereka. Untuk ukuran satwa cara mereka terbilang rumit dan dan cerdas ketika mereka mulai merangkan dedaunan dan ranting sebagai tempat berlindung mereka. Kemampuan ini telah dipelajari secara ekstensif dari lingkungan mereka. Kecerdasan alami ini memungkinkan adanya budaya yang berbeda dari tiap populasi yang ada.

Ketiga spesies orangutan saat ini dianggap kritis dan sangat terancam punah.  Ekspansi manusia terhadap habitat alami mereka telah menyebabkan penurunan populasi yang sangat parah, belum lagi aksi perburuan dan perdagangan hewan peliharaan illegal gencar sekali terjadi kepada mereka. Aktifitas ekonomi manusia yang tidak lagi memperhatikan keseimbangan ekositem membuat banyak spesies hewan terancam punah dari muka bumi.

Monday, 11 February 2019

Burung Rangkong


Burung Rangkong ( Rhinoceros Hornbill ) merupakan salah satu spesies burung terbesar di Asia. Satwa yang banyak tersebar di kawasan Asia Tenggara ini merupakan hewan asli Asia yang juga hidup di wilayah Indonesia khususnya di hutan-hutan Sumatera, Kalimantan dan Jawa.


Burung ini banyak memiliki nama panggilan tergantung wilayahnya tinggal, masing masing tempat memiliki pangilannya sendiri seperti julang, kangkareng, dan enggang.  Satwa ini memiliki ciri yang khas pada paruhnya. Bentuk paruhnya yang berwarna kuning dan berpangkal merah menyerupai tanduk sapi yang melengkung ke atas.

Burung rangkong sebenarnya memiliki banyak jenis yang tersebar di beberapa kawasan Indonesia. Seperti di Sumatera yang dapat dijumpai sembilan jenis rangkong, antara lain enggang jambul, julang emas, kangkareng hitam, julang jambul-hitam, enggang klihingan, kangkareng perut-putih, rangkong papan, rangkong gading dan rangkong badak.

Untuk rangkong badak secara fisik mereka memiliki ukuran yang sangat besar, sekitar 110 sentimeter. Tak berlebihan apabil rangkong ini dijuluki sebagai rangkong raksasa. Jenis ini memiliki ciri khusus pada bagian kepala, punggung, dada dan sayapnya yaitu dominan dengan warna hitam. Sedangkan pada bagian perut dan pahanya berwarna putih dan bagian ekornya yang berwarna putih mengkilap terdapat garis hitam lebar melintang.

Burung rangkong memiliki sifat yang sama dengan burung gagak yaitu setia terhadap pasangannya. Apabila salah satu pasangannya mati, burung tersebut akan tetap sendiri hingga akhir hidupnya tanpa mencari pendamping lagi. Kehebatan burung rangkong tidak hanya itu, mereka juga mampu menebar biji-bijian hingga 100 kilometer jauhnya.

Burung indah nan unik ini banyak sekali memiliki kelebihan didalam melestarikan hutan. Satwa pemakan buah-buahan ini memiliki andil yang sangat besar pada sebuah proses regenerasi hutan secara alami. Oleh karena itulah burung yang  setia dan sangat berjasa ini selayaknya kita jaga dan kita lestarikan demi masa depan hutan dan anak cucu kita kelak.

Banteng Jawa


Banteng ( Bos javanicus ) adalah hewan yang berkerabat dengan sapi dan dapat ditemukan hampir diseluruh kawasan Asia Tenggara ( Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Kalimantan, Jawa, dan Bali. ) Banteng sendiri berasal dari bahasa jawa yaitu bantheng ( kerbau Besar ) Pada tahun 1849 dimasa kolonialisme Inggris banteng sempat dibawa ke Australia Utara untuk diternakan.


Banteng liar secara umum memiliki tiga spesies yang masih ada hingga kini. Spesies pertama B. javanicus javanicus  hidup di Pulau Jawa, Madura, dan Bali lalu  B. javanicus lowi mereka hidup di pulau Kalimantan dengan warna coklat pada jantannya bukan hitam seperti bateng pada umumnya lalu B. javanicus birmanicus  mereka hidup di Indocina. Spesies ini telah digolongkan sebagai hewan terancam punah oleh IUCN.

Seekor banteng dewasa dapat mencapai tinggi sekitar 1,6m dan panjang badan mencapai 2,3 m. Bobot bersih jantan dewasa biasanya mencapai 680 – 810 kg. Dalam beberapa kasus bobot banteng jantan bisa mencapai berat satu ton sedangkan untuk betinanya relatif lebih ringan.

Banteng secara umum memiliki bagian putih pada kaki bagian bawah dan pantat,punuk putih, serta warna putih disekitar mata dan moncongnya, walaupun terdapat sedikit perbedaan seksual pada ciri-ciri tersebut kebanyakan banteng jantan memiliki kulit berwarna biru-hitam atau atau coklat gelap dengan tanduk panjang melengkung ke atas dan memiliki punuk di bagian pundak. Sementara banteng betina memiliki kulit coklat kemerahan, tanduk pendek yang mengarah ke dalam dan juga tidak memiliki punuk.

Sebagai herbivora besar banteng adalah pemakan rerumputan, dedaunan, dan ranting muda. Banteng secara umum aktif dimalam maupun siang hari tetapi khusus diareal tempat tinggal manusia mereka merubah kebiasaan menjadi hewan yang nokturnal.  Banteng adalah satwa yang memiliki naluri berkelompok didalam kawanan yang berjumlah besar dengan jantan dominan sebagai pemimpinnya.

Banteng Jawa kini hanya dapat ditemukan di areal Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran. Area yang dilindungi dan ditetapkan sebagai cagar alam atau taman nasional tersebut merupakan benteng pertahanan terakhir para banteng dikawasan Asia Tenggara.

Kukang Jawa


Kukang jawa ( Nycticebus javanicus ) adalah spesies kukang asli Indonesia yang menyebar secara khusus di bagian barat dan tengah Pulau Jawa. Walaupun pada akhirnya satwa ini dideskripsikan sebagai spesies yang tersendiri namun selama bertahun-tahun kukang jawa dianggap sebagai anak spesies dari kukang sunda ( N. coucang ).  Penetapan statusnya sebagai spesies penuh diberikan setelah dilakukan kajian ulang morfologi dan genetika terhadap takson ini pada tahun 2000-an.


Kukang jawa  merupakan kerabat dekat dari kukang sunda dan kukang benggala ( N. bengalensis ). Walaupun secara fisik agak sulit dibedakan, namun sebenarnya spesies ini memiliki dua bentuk yang berbeda berdasarkan panjang rambut dan, pada tingkat yang lebih rendah, warna tubuhnya.

Pada dahinya terdapat pola berlian keputihan yang menyolok, yang terbentuk oleh garis berwarna gelap yang berjalan di atas kepalanya dan bercabang ke arah mata dan telinga. Kukang jawa memiliki bobot bersih antara 565 dan 687 gram dan memiliki panjang tubuh sekitar 293 mm. Seperti umumnya semua jenis kukang, kukang jawa bersifat arboreal, mereka tidak melompat dari pohon ke pohon seperti tupai ataupun musang melainkan bergerak lamban pada alur tanaman merambat yang menjalar dari pohon ke pohon. 

Habitat satwa ini tidak hanya meliputi hutan primer dan hutan sekunder tetapi juga dapat dijumpai pada hutan-hutan bambu dan mangrove, serta di perkebunan cokelat yang luas.
Makanan mereka pada umumnya terdiri dari buah-buahan, reptile kecil serta telur telur yang mereka jumpai didalam habitat mereka. Kukang jawa pada umumnya bersarang pada cabang cabang pepohonan baik dalam kelompok ataupun bersama pasangannya.

Populasi kukang jawa mengalami penurunan drastis akibat perburuan liar. Kukang jawa masuk didalam hewan diperdagangkan karena memiliki warna dan bentuk yang eksotis. Tidak hanya itu kadang mereka juga dijadikan sebagai bahan obat–obatan tradisional oleh kalangan tertentu yang mepercayai kukang jawa memiliki khasiat khsusus. Akibat perlakukan tersebut kini populasinya sangat sedikit dan sulit ditemukan pada habitat aslinya.  

Tidak hanya diburu dan diperjual belikan namun ancaman perubahan ekosistem akibat meningkatnya populasi manusia serta kebutuhan terhadap lahan hutan juga merupakan ancaman besar bagi kelestariannya. Karena itulah International Union for Conservation of Nature (IUCN) kemudian menetapkan statusnya sebagai spesies kritis dan masuk ke dalam daftar "25 Primata Paling Terancam Punah di Dunia" tahun 2008-2010. Kukang jawa dilindungi oleh undang-undang Republik Indonesia dan, sejak Juni 2007, terdaftar di bawah Apendiks I CITES.

Meskipun berbagai upaya perlindungan ini telah dilakukan namun karena lemahnya sistem pengawasan dan minimnya aparatur yang bertanggung jawab dilapangan terhadap undang undang pelesatarian hewan kritis yang terancam punah. Perburuan terhadap kukang jawa masih kerap terjadi bahkan dalam  bebreapa kasus tercatat terjadi didalam kawasan hutan yang dilindungi oleh pemerintah.

Elang Jawa


Elang jawa (Nisaetus bartelsi) merupakan salah satu spesies elang berukuran sedang yang menjadi salah satu satwa endemik di Pulau Jawa. Satwa ini sering dianggap sebagai penjelmaan hidup dari lambang negara Republik Indonesia, yaitu burung Garuda. Karena jumlahnya yang semakin sedikit di alam bebas maka sejak tahun 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia.


Elang jawa berbobot sedang sampai besar, berpenampilan langsing dan memiliki panjang tubuh antara 60-70 cm dari ujung paruh hingga ujung ekor. Sang jantan memiliki Kepala berwarna coklat kemerahan dengan jambul yang tinggi menonjol  serta warna tengkuk coklat kekuningan yang terkadang tampak keemasan bila terkena sinar matahari secara langsung.

Jambul hitam dengan ujung putih, mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis-garis hitam membujur di tengahnya hingga ke arah dada. Gurat gurat hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat dan di sebelah bawahnya berubah menjadi pola garis rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki.  Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang tampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis.

Sang Betina bisa dikatakan memiliki ciri yang nyaris sama tetapi memiliki ukuran tubuh yang sedikit lebih besar dari jantannya. Iris mata berwarna kuning kadang kecoklatan sedang paruh agak kehitaman. Daging di pangkal paruh kekuningan dan jari kaki kekuningan. Sementara elang mudanya  memiliki ciri berbeda dengan elang dewasa yaitu kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.

Saat terbang, elang jawa sangat mirip dengan kerabat dekatnya yaitu elang brontok (Nisaetus cirrhatus) yang memiliki ciri khas terang, namun cenderung tampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil. Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.

Badak Jawa


Badak jawa, atau badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini termasuk jenis yang sama dengan badak india yang sama sama memiliki kulit menyerupai baju baja. 


Badak jawa memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m, lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam ukuran tubuh dengan badak hitam. Panjang culanya lebih pendek 20 cm dan lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak jawa termasuk salah satu hewan di Asia yang paling luas daerah penyebarannya. Walaupun namanya Badak jawa tetapi hewan ini bukanlah hewan endemik di pulau jawa melainkan di seluruh Indonesia, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. 

Spesies Badak jawa bisa dikatakan mamalia terlangka di muka bumi. Untuk Indonesia sendiri Populasi badak yang hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa kurang lebih sekitar 40-50 individu. Selain di Indonesia populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007.

Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan liar. Badak badak naas tersebut kemudian diambil culanya lalu dijual di pasar gelap Tiongkok yang digunakan sebagai bahan dasar obat-obatan tradisional Tiongkok.  Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir besar. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kelompok kadang-kadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan tempat mendapatkan mineral.

Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan adanya bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Sunday, 10 February 2019

Kucing Batu

Kucing batu atau disebut marbled cat (pardofelis marmorata) merupakan hewan yang sangat dicari karena sudah sangat langka keberadaannya. Lewat kegigihan beberapa peneliti hewan langka yang hidup di Pulau Kalimantan dan Sumatera itu akhirnya bisa terekam penampakannya melaluli lensa kamera pengintai.


Kucing batu (Pardofelis marmorata) adalah kucing liar kecil dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Sejak 2002, ia terdaftar dalam spesies rentan olhe IUCN seperti yang terjadi kepadatan yang rendah, dan ukuran total populasi efektif diduga kurang dari 10000 individu dewasa, dengan tiada populasi tunggal berjumlah lebih dari 1000.

Beberapa informasi soal kucing batu yang diketahui selama ini:
Panjang tubuh kucing batu berkisar antara 45-62 cm dengan panjang ekor 35-55 cm dan tubuh seberat 2-5 kg.

Kucing batu pun memiliki ekor yang panjang dan berbulu sangat tebal. Ukuran dan bentuk ekor ini mempunyai fungsi sebagai penjaga keseimbangan ketika kucing batu bergerak di dahan atau ranting pohon. Selain itu, kedua pasang kakinya besar dan kokoh.

Populasi kucing batu tersebar di kawasan Indomalaya, terbentang dari timur India, Nepal, China sampai Asia Tenggara di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Di seluruh dunia populasinya diperkirakan sekitar 10.000 ekor.

Spesies ini dulunya dianggap milik garis keturunan pantherine dari "kucing besar". Analisis genetik menunjukkan bahwa ia erat kaitannya dengan Kucing emas dan kucing merah, yang semuanya yang menyimpang dari felid lain sekitar 9.4 juta tahun yang lalu.

Para peneliti selama ini kesulitan untuk bisa menemukan kucing batu. Pergerakannya yang gesit dan lincah di saat gelap (hewan nokturnal yang bergerak mencari makan saat malam), membuat informasi tentang si kucing belum terlalu banyak, terutama soal populasinya. Karena itu, tim peneliti memasang kamera pengintai.

Lewat proses pemantauan yang berlangsung berbulan bulan di pedalaman hutan Kalimantan, akhirnya hewan berkulit seperti macan tutul itu bisa terekam kamera. Para peneliti menemukan hewat tersebut di area hutan 'perawan', hutan yang sudah dieksploitasi manusia dan hutan tinggi di pegunungan.

Data ini cukup penting untuk mengetahui cara perlindungan bagi hewan langka tersebut. Sekadar informasi, kucing batu sudah masuk dalam 'daftar merah' atau terancam punah di International Union for Conservation of Nature's (IUCN). Dalam daftar hewan langka di PP No 7 Tahun 1999, kucing batu masuk dalam daftar dengan nama Kuwuk.


Selain untuk perlindungan, para peneliti juga penasaran dengan perilaku kucing batu. Terutama jenis makanannya. Andrew Hearn, kandidat doktoral dari Wildlife Conservation Research Unit di University of Oxford Inggris menyatakan, dalam penelitian itu memperlihatkan kucing batu sedang memburu seekor burung dan primata kecil.

Kucing Bakau

Fishing cat (Prionailurus viverrius) adalah spesies kucing liar berukuran sedang yang ada di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Pada tahun 2008, IUCN mengklasifikasikan kucing ini sebagai hewan yang terancam punah karena kucing ini hanya terdapat di daerah yang dekat dengan lahan basah yang sekarang semakin rusak dan banyak yang beralih fungsi.


Meskipun kucing bakau secara luas tersebar melalui berbagai jenis habitat termasuk kedua lahan hijau dan hutan kering tropis, habitat mereka cenderung sangat terbatas.

Beberapa dekade terakhir ini populasi kucing bakau di asia menurun derastis akibat berkurang habitatnya karena ledakan populasi dan penggunaan lahan bakau untuk berbagai keperluan manusia. Seperti kerabat terdekatnya, kucing kuwuk, kucing bakau hidup di sepanjang sungai dan rawa-rawa bakau. Kucing bakau beradaptasi dengan habitatnya dan menjadi perenang yang terampil.

Klasifikasi ilmiah menurut Mukherjee, Sanderson, dkk., (2010) adalah sebagai berikut:

Kingdom         : Animalia.
Filum               : Chordata
Class                : Mammalia
Ordo                : Carnivora
 Famili              : Felidae
Genus              : Prionailurus
Spesies            : Prionailurus viverrinus

Bulu kucing bakau berwarna olive keabu-abuan dengan bintik-bintik gelap dalam goresan horisontal sepanjang tubuh. Bagian bawah putih, dan bagian belakang telinga berwarna hitam dengan bintik-bintik putih. Ada sepasang garis-garis gelap di sekitar leher, dan sejumlah cincin hitam di ekor.
Ekologi dan Kebiasaan

Kucing bakau hidup soliter dan merupakan hewan nocturnal (hewan malam hari). Mereka sangat banyak di rumah dalam air dan bisa berenang jarak jauh bahkan di bawah air. Kucing bakau betina telah dilaporkan berkisar lebih dari bidang 4-6 km2, sedangkan pada kucing bakau jantan berkisar lebih dari 16 sampai 22 km2.

Kucing bakau dewasa ukurannya sekitar dua kali ukuran kucing domestik, dengan kepala dan tubuh panjang yang biasanya berkisar dari 57-78 cm, dan ekor memiliki panjang berkisar 20 sampai 30 cm. Beberapa individu telah dilaporkan jauh lebih besar hingga 115 cm, panjang kepala sampai badan. Kucing bakau dewasa berat badannya mencapai 5-16 kilogram.

Mereka memiliki tubuh kekar, berotot dengan kaki pendek, dan ekor pendek dari satu setengah sampai sepertiga panjang sisa tubuh hewan. Wajah memanjang dengan hidung jelas datar dan telinga jauh dari muka. Jari-jari kaki pada kaki depan sebagian berselaput, dan ujung-ujung cakar menonjol dari selubung, cakar bahkan sepenuhnya ditarik (Pocock, 1932). Menurut Pocock ( selaput antar jari membantu mereka untuk beradaptasi dilingkungan berlumpur dan berair.

Penyebaran dan Habitat

Daerah Penyebaran kucing bakau memanjang dari Pakistan timur melalui wilayah Terai dari kaki bukit Himalaya di India dan Nepal ke Bangladesh dan di Sri Lanka. Tidak ada catatan valid yang dapat dikonfirmasi dari wilayah Semenanjung Malaysia dan Vietnam.

Pulau Jawa merupakan batas timur dari jangkauan penyebaran habitat mereka, tetapi pada tahun 1990-an keberadaan mereka mulai sangat langka dan tampaknya hanya terbatas pada hutan pasang surut dengan pantai berpasir atau berlumpur. Hal ini dikarenakan banyak sekali hutan-hutan bakau atau mangrove telah banyak yang beralih fungsi sebagai tambak ikan maupun tambak udang.

Pada bulan Maret tahun 2003, seekor kucing bakau tertangkap kamera jebakan yang dipasang dalam proyek “Kulen Promtep Wildlife Sanctuary”, di daerah Kamboja utara dan pada bulan Januari 2008, kehadiran mereka dikabarkan masih eksis di daerah Botum-Sakor .National Park, sebelah barat daya Kamboja (Royan, 2009). Populasi ini juga telah didokumentasikan di Thailand namun tidak ada catatan resmi yang dapat ditemukan dari wilayah Laos (Cutter, 2010)

 Ancaman

Kucing bakau terancam punah karena ketergantungan mereka pada lahan basah, yang terus menerus berkurang dan dikonversi untuk lahan pertanian, dan juga karena manusia mengeksploitasi stok ikan lokal secara berlebihan. Spesies Kucing Bakau karena ancaman-ancaman tersebut diyakini telah punah di Afghanistan, dan mungkin sudah pergi dari Malaysia dan China, dan telah menjadi langka di seluruh sisa jangkauan penyebaran populasi kucing bakau (Mukherjee dan Sanderson, dkk., 2010).

Konservasi

Prionailurus viverrinus dimasukkan pada “CITES Appendix II” (terancam/hampir punah), dan dilindungi oleh undang-undang nasional dan undang-undang disebagian besar daerah penyebaran kucing bakau. Berburu kucing bakau dilarang di Bangladesh, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, dan Thailand. Peraturan Berburu tidak berlaku di Laos, Bhutan, dan Vietnam. Spesies ini tidak dilindungi di luar kawasan lindung (Mukherjee dan Sanderson, dkk., 2010).

Penangkaran


Program penangkaran Kucing bakau telah ditetapkan oleh Asosiasi Kebun Binatang Eropa, dan Aquaria dan Association Kebun Binatang dan Akuarium Amerika. Semua kucing bakau dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia yang tercantum dalam Buku Studi Asosiasi Dunia Kebun Binatang dan Akuarium Internasional (Mukherjee, 1989).

Kucing Merah Kalimantan

Kucing Merah atau yang dalam bahasa latin disebut Pardofelis badia merupakan salah satu spesies kucing kecil endemik pulau Kalimantan. Sayangnya tidak banyak yang mengenal kucing merah yang langka ini. Saya sendiri belum pernah sekalipun melihat Kucing Merah dari kalimantan ini, sekalipun di kebun binatang. Mungkin sobat ada yang pernah melihatnya?


Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora; Famili: Felidae; Genus: Pardofelis; Spesies: Pardofelis badia; Sinonim; Catopuma badia; Felis badia.
Kucing Merah disebut juga sebagai Kucing Kalimantan atau Kucing Borneo. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Borneo Bay Cat, Bay Cat, Bornean Bay Cat, dan Bornean Marbled Cat. Di Malaysia binatang yang juga menghuni Serawak dan Sabah ini dikenal dengan Kucing Merah. Sedangkan dalam bahasa latin disebut sebagai Pardofelis badia, yang bersinonim dengan Catopuma badia dan Felis badia.

Kucing Merah ini merupakan saudara dekat dan masih satu nenek moyang dengan Kucing Emas (Asian Golden Cat) yang banyak terdapat di Sumatera, dan beberapa negara Asia Tenggara. Diperkirakan kucing endemik kalimantan ini telah ada sejak 4 juta tahun yang silam saat pulau Kalimantan masih bersatu dengan daratan Asia.

Ciri-ciri dan Perilaku.

Kucing Merah (Borneo Bay Cat) mempunyai bulu berwarna coklat kemerah-merahan walaupun ada varian yang berwarna keabu-abuan. Bagian bawah tubuh Kucing Kalimantan berwarna lebih pucat daripada bagian atas. Terdapat garis warna merah kecokelatan agak muda pada kening dan pipi. Telinga kucing langka ini berwarna hitam atau cokelat tua, dan pada ekor bergaris putih dengan bintik hitam diujung ekor. Kucing Merah mempunyai tubuh ramping memanjang dengan panjang sekitar 55 cm dengan ekor yang panjangnya berkisar 35 cm. Kucing Merah  (Borneo Bay Cat) mempunyai berat tubuh antara 2,3 -4,5 kg.

Belum banyak yang dapat digali tentang perilaku kucing endemik Kalimantan yang langka ini. Kucing Merah (Pardofelis badia) termasuk binatang nokturnal yang banyak beraktifitas di malam hari untuk memburu burung, tikus, dan monyet. Selain seekor pemburu, Kucing Merah (Catopuma badia) juga memakan bangkai-bangkai binatang yang terdapat di hutan.

Kucing Merah (Borneo Bay Cat) menginjak dewasa dan matang secara seksual pada usia antara 18-24 bulan. Kucing endemik kalimantan ini mempunyai masa kehamilan sekitar 70-75 hari dengan melahirkan 1-3 ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Habitat, Populasi, dan Konservasi. Kucing Merah Kalimantan (Pardofelis badia), hanya terdapat di pulau Kalimantan (Indonesia dan Malaysia) saja.

Kucing ini mendiami hutan-hutan tropis dataran rendah yang lebat hingga ketinggian 900 meter dpl. Populasi kucing langka ini sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti. Karena itu 2002 Kucing Merah (Borneo Bay Cat) dikategorikan dalam status konservasi “endangered” (Terancam Punah) oleh IUCN Redlist. Dan juga dimasukkan dalam Apendiks II CITES. Di Indonesia dan Malaysia, Kucing Merah termasuk binatang yang dilindungi dari kepunahan.


Golden Cat

Kucing Emas biasa di sebut Golden cat atau Fire cat, hewan ini termasuk salah satu hewan yg ikut dikampanyekan untuk dicegah kepunahannya. Kucing emas (Catopuma temminicki) merupakan salah satu dari tujuh jenis kucing yang hidup di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Ciri utama dari Kucing Emas adalah hampir seluruh tubuhnya berwarna cokelat ke emas-emasan (sesuai namanya) tetapi ada juga yg berwarna abu-abu atau coklat tua.


Adalah jenis yang misterius dan sangat sulit di jumpai saat ini, sedikit sekali pengetahuan mengenai perilaku dan ekologi kucing jenis ini, termasuk populasi mereka di dalam kawasan. Pola hidup satwa ini belum diketahui secara jelas tidak seperti jenis kucing hutan lainnya. Kucing emas ini hidup tersebar dari daerah Tibet, Nepal, Cina, Burma, Thailand sampai Indocina, Malaysia, Sumatera, dan juga Afrika. 

Ciri-ciri lain dari kucing emas ini memiliki berat rata-rata untuk ukuran kucing dewasa jenis tersebut sekitar 8–12 kg dengan panjang dari kepala sampai ekor mencapai 1,2 meter.
Sebagaimana saudaranya kucing kampung lainnya, binatang ini kadang-kadang terlihat belang-belang tanpa menghilangkan warna spesifiknya. Binatang ini agak panjang dibanding dengan kucing biasa dan tidak pernah ditemui dengan warna hitam seluruhnya. Bagian belakang bundaran telinganya ada garis hitam pendek. 

Garis putih yang dibatasi warna putih terdapat di pipinya, yang muncul dari sudut bagian dalam matanya. Bagian perutnya selalu berwarna lebih terang dibanding bagian pinggulnya.
Kucing emas (Pardofelis Temminckii) adalah kucing misterius dan sarat mitos dari belantara hutan sumatera. Misterus, lantaran kucing emas sangat sulit ditemukan di habitat aslinya. Pola hidupmya belum banyak diketahui dibanding jenis kucing hutan Indonesia lainnya.

Kucing emas yang misterius ini termasuk hewan langka yang dikeramatkan oleh penduduk lokal.
Banyak mitos ghaib yang beredar dikalangan masyarakat lokal mengenai kucing emas ini, seperti sebagai binatang bertuah, bagian tubuhnya yang dapat dijadikan jimat, hingga menjadi penangkal teluh (santet). Mitos berkenaan kucing emas ini justru membuat kucing hutan ini semakin langka.
Kucing emas oleh beberapa penduduk lokal kadang disebut sebut sebagai ‘Harimau Kijang’, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan Asiatic Golden Cat, Golden Cat, atau Temminck’s Cat. Nama latin hewan ini adalah Pardofelis temminckii yang mempunyai sinonim Catopuma temminckii.

Diskripsi Fisik dan Perilaku. Kucing emas (Pardofelis temminckii) berukuran sedang (dua atau tiga kali kucing peliharaan). Panjang tubuh satwa ini berkisar antara 66-105 cm, dengan ekor sepanjang 40-57 cm, dan tinggi bahu 56 cm, sedangkan beratnya antara 9-16 kg.
Warna bulu kucing emas (Asiatic Golden Cat) bervariasi, mulai dari coklat keemas-emasan hingga coklat tua dan abu-abu. Pada pipinya terdapat bulu putih. Sedangkan bulu bagian perutnya berwarna lebih terang dari pada bagian punggung.


Kucing emas (Pardofelis temminckii) merupakan hewan nokturnal meskipun terkadang juga beraktifitas di siang hari. Lebih menyukai berburu dan berjalan di atas tanah ketimbang memanjat pohon, meskipun kemampuan memanjat dan berjalan di atas pohon pun sangat baik. Dengan ukurannya yang relatif besar, kucing emas mampu memangsa berbagai burung, tikus besar, reptil, kambing, rusa muda hingga anak kerbau.

Saturday, 9 February 2019

Andai Aku Seekor Harimau


Manusia adalah khalifah. Mahluk yang dikaruniakan berbagai kelebihan oleh Tuhan Sang Penguasa alam. Manusia yang secara fisik tidak sekuat kami tetapi memiliki senjata yang lebih tajam dan hebat dari cakar dan taring kami, mereka memiliki akal hingga mampu membuat dan memperdayakan kami dengan kemampuan luar biasanya itu.


Dilihat dari sudut manapun manusia memang istimewa, mulai dari proses penciptaan yang langsung ditangan sang pencipta hingga cerita dan tugas tugasnya ketika dipaksa turun ke muka bumi. Manusia dengan segala kelebihan yang diberikan oleh sang pencipta memang bukanlah tandingan kami. Kekuatan dan kegarangan kami tidak pernah sanggup mengalahkan takdir penciptaan mereka.

Sebagai mahluk ciptaan Tuhan kami sebenarnya ingin seperti mereka, tetapi kami sadar kami tidaklah diciptakan dengan beban berat seperti mereka. Mereka hidup, mati lalu dihidupkan kembali untuk bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka selama dimuka bumi, sedang kami akan pupus begitu meninggalkan semua kefanaan ini.

Alangkah gembiranya, alangkah senangnya menjadi manusia. Mereka bisa berbuat sesuka hatinya terhadap isi bumi, mulai dari menebang pohon, menggali hasil tambang, bertani, bercocok tanam dan berburu hewan hewan untuk dijadikan mangsa mereka. Akh.. Andai saja kami para harimau juga bisa seperti manusia.

Sekiranya dengan kekuatan kami maka hutan hutan akan tetap lestari karena sejatinya rumah kami adalah rimba raya. Mungkin manusia tidak akan kami buru dan kami bantai seperti mereka selalu membantai bangsa kami tetapi kami akan pergunakan mereka untuk menjaga dan merawat isi bumi serta menggunakannya dengan bijaksana.

Akh… Andai saja mereka menjadi kami. Mungkin mereka akan mengerti betapa nestapanya kami, diburu dan dibunuh dimana mana. Banyak sudah bangsaku yang sudah menghilang dari muka bumi. Mereka musnah hanya demi kesenangan dan kekuatan yang diperjual belikan dalam sekotak obat atau didalam gemerlap pakaian mewah .

Andai saja mereka ada diposisi kami.. Mungkin mereka juga akan berenang didalam genangan air mata dan darah yang tak usai kami tumpahkan dihadapan hidung mereka. Hmm aumanku semakin parau saja, aku gemas melihat ketidak adilan ini. Dunia begitu luas dan tak terbatas tetapi gerak kami sangat terbatas karena populasi manusia yang membatasi ruang gerak kami. Ukkhh.. Andai saja kami seorang manusia…………………………………………………………………………….Bersambung