Sunday 10 February 2019

Kucing Batu

Kucing batu atau disebut marbled cat (pardofelis marmorata) merupakan hewan yang sangat dicari karena sudah sangat langka keberadaannya. Lewat kegigihan beberapa peneliti hewan langka yang hidup di Pulau Kalimantan dan Sumatera itu akhirnya bisa terekam penampakannya melaluli lensa kamera pengintai.


Kucing batu (Pardofelis marmorata) adalah kucing liar kecil dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Sejak 2002, ia terdaftar dalam spesies rentan olhe IUCN seperti yang terjadi kepadatan yang rendah, dan ukuran total populasi efektif diduga kurang dari 10000 individu dewasa, dengan tiada populasi tunggal berjumlah lebih dari 1000.

Beberapa informasi soal kucing batu yang diketahui selama ini:
Panjang tubuh kucing batu berkisar antara 45-62 cm dengan panjang ekor 35-55 cm dan tubuh seberat 2-5 kg.

Kucing batu pun memiliki ekor yang panjang dan berbulu sangat tebal. Ukuran dan bentuk ekor ini mempunyai fungsi sebagai penjaga keseimbangan ketika kucing batu bergerak di dahan atau ranting pohon. Selain itu, kedua pasang kakinya besar dan kokoh.

Populasi kucing batu tersebar di kawasan Indomalaya, terbentang dari timur India, Nepal, China sampai Asia Tenggara di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Di seluruh dunia populasinya diperkirakan sekitar 10.000 ekor.

Spesies ini dulunya dianggap milik garis keturunan pantherine dari "kucing besar". Analisis genetik menunjukkan bahwa ia erat kaitannya dengan Kucing emas dan kucing merah, yang semuanya yang menyimpang dari felid lain sekitar 9.4 juta tahun yang lalu.

Para peneliti selama ini kesulitan untuk bisa menemukan kucing batu. Pergerakannya yang gesit dan lincah di saat gelap (hewan nokturnal yang bergerak mencari makan saat malam), membuat informasi tentang si kucing belum terlalu banyak, terutama soal populasinya. Karena itu, tim peneliti memasang kamera pengintai.

Lewat proses pemantauan yang berlangsung berbulan bulan di pedalaman hutan Kalimantan, akhirnya hewan berkulit seperti macan tutul itu bisa terekam kamera. Para peneliti menemukan hewat tersebut di area hutan 'perawan', hutan yang sudah dieksploitasi manusia dan hutan tinggi di pegunungan.

Data ini cukup penting untuk mengetahui cara perlindungan bagi hewan langka tersebut. Sekadar informasi, kucing batu sudah masuk dalam 'daftar merah' atau terancam punah di International Union for Conservation of Nature's (IUCN). Dalam daftar hewan langka di PP No 7 Tahun 1999, kucing batu masuk dalam daftar dengan nama Kuwuk.


Selain untuk perlindungan, para peneliti juga penasaran dengan perilaku kucing batu. Terutama jenis makanannya. Andrew Hearn, kandidat doktoral dari Wildlife Conservation Research Unit di University of Oxford Inggris menyatakan, dalam penelitian itu memperlihatkan kucing batu sedang memburu seekor burung dan primata kecil.