Wednesday, 6 February 2019

Sepucuk Surat Dari Rimba Sumatra

Malam ini sama seperti jutaan malam yang telah berlalu di belantara hijau sumatra..Macca dan Macci nampak tertidur pulas di pelukan tigris istriku, nampak wajah wajah polos yang begitu hangat di mataku.. 


Malam ini mereka tertidur pulas dan mungkin sedang bermimpi tentang hari esok yang indah di belantara ini.. Macca dan macci entah mereka sedang bermimpi apa hanya sesekali terdengar igauan yang tak jelas dari racauan mereka. 

Istriku tigris mungkin sedang bermimpi tentang rusa gemuk yang mudah kami dapatkan hingga macca dan macci tak perlu menungguku pulang membawa hewan buruan yang kini sudah tak menentu aku dapatkan..

Jangan kan hewan buruan, sekarang kamipun merupakan target buruan dari para penjahat penjahat yang berkeliaran di habitat kami. Apa salah kami wahai tuan Pemburu dan tuan Penebang kayu, ini rumah kami tempat kami dilahrikan dan dibesarkan oleh orang tua kami, apakah kalian tidak puas dengan menghabisi dua saudaraku di Jawa dan di Bali.


Apakah kalian sangat rakus dan tanpa perasaan sama sekali, seenaknya datang tebang bunuh dan musnahkan..sungguh tak pantas sekali kalian ada di muka bumi ini, hati kalian penuh dengan nafsu untuk menguasai belantara ini dan membunuh bangsa kami yang kalian anggap sebagi penjahat nomor satu di rimba ini, apa tidak terbalik wahai tuan tuan ??

Sekali lagi.... Apa salah kami wahai tuan Pemburu dan Tuan penebang kayu ???..Apa kalian tidak lihat anak istriku yang tertidur pulas di belantara ini, coba lihat dan perhatikan wajah mereka, lihatlah wajah wajah yang sedang terlelap tanpa beban itu..lihatlah betapa bahagia aku dan mereka hidup disini..kenapa..?? kenapa kalian usik aku dan keluargaku!!!