Mataku masih berkaca kaca, Tigris istriku menghampiriku dan berkata "Tiger jangan sampai Macci anak kita tahu tentang kedua paman mereka biarkan waktu perlahan sempurna membuat mereka menjadi tahu dalam kedewasaan.
Langit rimba yang mulai memerah membawa duka kenangan tentang dua saudaraku yang telah musnah di bantai oleh tangan tangan keji manusia yang tak beradap, sepupuku Harimau Jawa, Harimau Bali kalian memang telah tiada tetapi hanya jiwa dan raga saja yang mati di benakku jauh didalam lubuk jiwaku kalian tidak pernah mati.
Aku sebagai Harimau terakhir yang masih hidup akan tetap melestarikan habitat kita sepanjang masa. "Aku Harimau Sumatra generasi terakhir Harimau di Bumi Pertiwi ini tak akan musnah.
Aku tak akan musnah, tubuhku gemetaran menahan gejolak amarah dalam jiwaku, istriku Tigris ikut berkaca kaca sementara Macci putriku terdiam dari kejauhan, ia tak mendengar semua percakapanku dengan Tigris istriku, bersama Macca kakaknya yang baru datang mereka berdua menghampiri kami.
"Macca anak tertuaku berkata dengan lembut.. "Ayah, ayah sedihya melihat foto Paman Harimau Jawa dan foto paman Harimau Bali, ya sudah maafkan kami ayah, kami tak tahu jika ayah benar benar merindukan mereka melebihi kerinduan kami kepada keduanya, hanya saja aku senang kata Macci paman Harimau Jawa dan Paman Harimau Bali sedang merantau di surga dan mereka bahagia disana lalu mengapa ayah bersedih jika mereka bahagia disana.
Aku dan istriku tersenyum simpul, iya Macca maafkan ayah yah, ayah dan ibu memang kangen sama mereka..Kupeluk Macca dan Macci, semangatku berkobar, dalam doa yang yang terkusyu aku memohon, yaaa Tuhan bantulah kami agar tetap lestari sepanjang massa.