Macan tutul Sri Lanka (Panthera pardus kotiya) atau juga
disebut macan tutul Ceylon, adalah salah satu subspesies macan tutul asli
daratan Sri Lanka. Hal ini pertama kali dijelaskan oleh ahli zoologi Sri Lanka,
Deraniyagala pada tahun 1956. Pada tahun 2008, macan tutul Sri Lanka masuk
dalam daftar merah hewan yang Terancam Punah oleh badan resmi dunia IUCN.
Populasinya di alam liar pada tahun 2015 diperkirakan hanya mencapai 700 sampai
950 ekor saja.
Macan tutul Sri Lanka memiliki bulu tebal berwarna kuning
kecoklatan dengan bintik-bintik gelap dan corak mawar yang rapat. Fisiknya
lebih kecil dari macan tutul India. Betina dewasanya memiliki bobot rata-rata sekitar
29-30 kg dan memiliki panjang badan sekitar 1.04 dengan panjang ekornya
mencapai 77.5 cm. Bobot sang jantan
sedikit lebih besar sekitar 56 kg bahkan dalam sebuah kasus pernah tercatat
hingga mencapai 77 kg. sementara panjang badan sekitar 1.27 dengan ekor bisa
mencapai panjang 86-97 cm.
Dalam sebuah catatan khusus yang bersumber dari BBC London,
macan tutul Sri Lanka berevolusi menjadi salah satu subspesies macan tutul yang
cukup besar dengan bobot mencapai hampir 100 kg,. hal dimungkinkan karena macan
tutul Srilangka telah menjadi predator puncak tanpa persaingan dengan spesies
kucing liar besar lainnya didalam territorial endemiknya. Macan tutul seperti
pada umumnya sangat mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan tak terkecuali
macan tutul Sri Lanka yang dapat hidup disemua ekosistem seluruh pulau.
Macan tutul Sri Lanka tidak jauh berberda dengan subspesies
macan tutul lainnya. Mereka adalah hewan dan pemburu soliter kecuali betina-betina
muda kadang mereka terlihat berkelompok sebelum akhirnya berpisah dan memiliki
teritorialnya sendiri. Macan tutul pada umumnya gemar berburu di malam hari
tetapi juga sangat aktif disaat fajar dan senja dan beberapa kasus di sianghari.
Karena macan tutul adalah predator puncak di Sri Lanka maka ia tidak perlu
melindungi mangsanya atau membawa mangsanya ke pepohonan.
Dalam berburu Macan tutul Sri Lanka bergerak dengan sangat
lihat dan sunyi saat mengintai mangsanya. Dia akan bergerak secepat kilat
setelah sang mangsa telah masuk dalam jarak lesetan terkamannya. Biasanya sang
korban akan tewas atau lemas tak berdaya setelah mengalami serangan maut di
bagian tenggorokan. Seperti kebanyakan macan tutul dimanapun wilayah endemiknya
hewan ini adalah hewan yang sangat licik dan oportunis, dia tidak hanya
memangsa mamalia besar tetapi juga mamalia
kecil, burung, reptil, dan juga hewan yang lebih besar.
Hilangnya habitat atau perubahan fungsi hutan serta
tingginya angka perburuan di Srilangka telah menyebabkan berkurangnya populasi macan
tutul secara drastic. Proyek konservasi Leopard di bawah Wilderness and
Wildlife Conservation Trust (WWCT) yang bekerja sama dengan Pemerintah Sri Lanka
telah berhasil menekan jumlah kematian macan tutul secara signifikan. Proyek
ini berjalan semakin baik setelah mendapat dukungan penuh dari masyarakat
Konservasi Satwa Liar Sri Lanka yang ikut serta dalam peran aktif untuk menjaga
kelestarian hidup habitan dan populasi macan tutul dari kepunahan.