Pada pertengahan 1970, salah satu subspesies harimau di
Indonesia ini dinyatakan mengalami kepunahan (extinct) oleh lembaga
International Union of Conservation for Nature (IUCN). Mundur lagi ke 30 tahun
sebelumnya, sepupu dekat harimau jawa, yakni harimau bali, juga telah
dinyatakan punah. Hingga saat ini ada tiga subspesies harimau di dunia yang
dinyatakan punah oleh IUCN, yaitu harimau kaspia, harimau bali, dan harimau
jawa.
Sebelum kejadian baru baru ini di TNUK pada awal 1990-an, TN Meru Betiri yang didukung oleh WWF
Indonesia pernah berinisiatif untuk memasang kamera jebak (camera trap) untuk memastikan eksistensi Harimau Jawa yang masih tersisa. Kamera Jebak pun di pasang di 19 titik yang
diduga menjadi daerah perlintasan harimau Jawa.
Pemantauan ekslusif dilakukan selama kurang lebih setahun penuh mulai dari Maret 1993
hingga Maret 1994. Selaian mengharapkan hasil jepretan kamera Survei juga dilakukan terhadap jejak dan kotoran (faeces)
yang ditinggalkan Harimau Jawa. Namun sayangnya hasil pemantauan selama setahun penuh tersebut belum menghasilkan sesuatu yng signifikan, Tak
satu pun foto dan jejak Harimau Jawa berhasil ditemukan.
Situasi semakin sulit setelah IUCN (1996 melangsir hasil survei yang menyatakan kepunahan Harimau Jawa, IUCN secara resmi menyatakan bahwa Harimau Jawa telah punah dari muka bumi untuk
selamanya. Namun Eksistensi harimau jawa beserta banyak hal pendukung diluar fakta serta cerita cerita non verbal yang sengaja dibuat oleh pihak pihak terkait tetap banyak menimbulkan kesangsian yang besar diantara para pecinta harimau.
Kesangsian akan status punah
harimau jawa telah lama dikemukakan banyak pihak. Sejumlah laporan dan bukti
menyatakan karnivora terbesar di Pulau Jawa ini masih ada. Jejaknya ditemukan
di kawasan Taman Nasional (TN) Meru Betiri di Banyuwangi pada 1974, dan hasil penelitian
saat itu menduga masih ada sekitar 3-4 ekor harimau jawa.
Seorang jagawana di TN Meru Betiri pada 1993 melaporkan
melihat seekor harimau loreng melintas di Pantai Sukamade, pada 1997 dan 2006.
Di Sukamade juga ditemukan jejak yang diduga harimau jawa. Selain itu,
masyarakat di sekitar hutan TN Meru Betiri masih sering menginformasikan
perjumpaan dengan macan loreng, bukan macan tutul.
Bahkan baru baru ini setelah beredar foto viral tentang eksisitensi sang raja di TNUK Pihak taman nasional akan menyiapkan Tim ekspedi. Untuk mensukseskan misi besar ini pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon akan bekerja sama dengan WWF Indonesia sebagai bentuk keseriusan dan kepedulian yang nyata terhadap isu-isu keberadaan harimau..
Well semoga sukses dan moga moga sang raja benar benar masih ada..BRAVO HARIMAU JAWA..
Tamat-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------