Setelah beberapa saat menetap di padepokan Aki Garahang suatu saat sang petapa hendak bepergian kesuatu tempat untuk sebuah keperluan. Sebelum pergi beliau menitipkan
padepokannya kepada Bongbang Larang serta Bongbang Kancana dan berpesan kepada keduanya agar jangan pernah mendekati kolam Pangbuangan yang letaknya tidak seberapa jauh dari padepokan tersebut. sebelum pergi sang Petapa mewanti wanti kembali gara kedua remaja tersebut jangan pernah mendekati kolam yang dimaksudkan.
Awalnya memang benar keduanya sangat patuh terhadap larangan tersebut tetapi pada suatu saat datang godaan hebat dari keduanya, rasa penasaran serta keingin tahuan mereka mengalahkan larangan sang pertapa. keduanya tidak dapat menahan diri untuk mendatangi kolam terlarang tersebut. Benar saja kolam Pangbuangan itu ternyata sangat indah dan memiliki air yang sangat jernih. Di dalamnya dipenuhi berbagai jenis ikan yang berwarna-warni
Awalnya memang benar keduanya sangat patuh terhadap larangan tersebut tetapi pada suatu saat datang godaan hebat dari keduanya, rasa penasaran serta keingin tahuan mereka mengalahkan larangan sang pertapa. keduanya tidak dapat menahan diri untuk mendatangi kolam terlarang tersebut. Benar saja kolam Pangbuangan itu ternyata sangat indah dan memiliki air yang sangat jernih. Di dalamnya dipenuhi berbagai jenis ikan yang berwarna-warni
Menyaksikan pemandangan menakjubkan ini kedua remaja itu seperti tersihir. Bongbang Larang tanpa sadar segera menceburkan dirinya kedalam kolam sementara sang adik hanya membasuh kedua tangan serta wajahnya lalu merendamkan kedua kakinya kedalam kolam. Larangan sang petapa akhirnya menjadi kenyataan. Betapa terkejut keduanya setelah menyadari kesalahan mereka.
Setelah naik ke darat betapa terkejutnya Bongbang Larang wajah serta seluruh badannya sudah ditumbuhi bulu belang seperti seekor harimau. Demikian juga dengan Bongbang Kancana saat melihat dirinya di permukaan air wajah dan beberapa bagian tubuhnya juga telah berubah seperti Bombang Larang. Keduanya pun kini berubah menjadi dua ekor harimau kembar, jantan serta betina.
Betapa terkejutnya Aki Garahang ketika tiba dipadepokannya dia mendapati dua ekor anak harimau sedang duduk. Nyaris saja
kedua harimau itu dibunuh olehnya kerana dikira telah memangsa Bongbang Larang serta
Bongbang Kancana.
Sebagai seorang petapa sakti dan bijaksana Aki Grahang segera memahami dengan apa yang
terjadi di padepokannya. Iapun terdiam dan tak mampu untuk berbuat
apa-apa lagi. Dengan penuh kesedihan Aki Garahang kemudian berdoa kepada sang pencipta dan mendapat petunjuk dari sang kuasa bahwa kejadian ini merupakan ketetapan Penguasa Alam di swargaloka sana. Dengan lembut Aki Grahang menasihati keduanya agar mereka tidak mengganggu orang Panjalu beserta hewan-hewan peliharaan mereka.
Setelah menerima nasihat akhirnya kedua anak harimau jadi-jadian berjalan tak tentu arah sampai di Cipanjalu. Cipanjalu adalah kebun milik Keraton
Panjalu yang ditanami beraneka sayuran serta buah-buahan. Di bagian hilirnya
terdapat pancuran tempat pemandian keluarga kerajaan. Saat keduanya sedang berjalan di kebun tersebut tanpa sengaja mereka terjerat oleh sulur-sulur tanaman paria oyong dan terjatuh ke dalam saluran air tertutup
terbuat dari batang pohon enau yang dilubangi pada kedua sisinya. Karana kejadian itu debit air ke
pemandian kerajaan di bagian hilir tersumbat oleh tubuh mereka.
Keesokan harinya ketika sang Prabu Sanghyang Cakradewa hendak mandi di pemandian kerajaan beliau terheran-heran
saat melihat pancuran tidak setetespun mengeluarkan air. Karena penasaran beliaupun segera bergegas memeriksa bagian ujung saluran air. Sang Prabu sangat terkejut melihat dua harimau kecil yang terjatuh dan menyumbat saluran airnya. Nyaris saja kedua harimau itu akan dibunuh oleh Sang Prabu karana
khawatir dapat membahayakan rakyatnya
Namun karena Prabu Shangyang Cakranegara bukan manusia sembarangan beliau segera mengetahui bahwa harimau tersebut bukanlah harimau biasa. Selepas melakukan meditasi ringan beliau segera mengetahui bahwa keduanya adalah jelmaan putera-puteri Kerajaan Pajajaran. Mengetahui fakta tersebut maka luluhnya hati sang Prabu. Tanpa basa basi Ia pun segera menyelamatkan keduanya dari himpitan saluran air.
Namun karena Prabu Shangyang Cakranegara bukan manusia sembarangan beliau segera mengetahui bahwa harimau tersebut bukanlah harimau biasa. Selepas melakukan meditasi ringan beliau segera mengetahui bahwa keduanya adalah jelmaan putera-puteri Kerajaan Pajajaran. Mengetahui fakta tersebut maka luluhnya hati sang Prabu. Tanpa basa basi Ia pun segera menyelamatkan keduanya dari himpitan saluran air.
Sebagai tanda terima kasih yang mendalam kedua harimau itu bersumpah di
hadapan sang prabu untuk tidak mengganggu orang-orang Panjalu beserta seluruh keturunannya.
Bahkan apabila diperlukan mereka bersedia datang untuk menolong serta melindungi
orang-orang Panjalu yang sedang mengalami kesulitan. Namun didalam sumpah tersebut mereka membuat pengecualian.
Perlindungan tidak akan diberikan kepada mereka yang meminum langsung dari tempat air minum (teko, ceret, dsb.) dan mereka yang menanam paria oyong serta tetapi tanamannya itu membuat gawul (saluran air tertutup). Orang-orang tersebut kelak akan menjadi mangsa Maung Panjalu.
Setelah mendapatkan pengakuan dari Raja Panjalu maka kedua harimau kembar itu melanjutkan perjalanan menuju Keraton Majapahit. ketika mereka tiba disana ternyata Pangerang Gajah Wulung ayah mereka telah naik Tahta. Sebagai Raja Majapahit yang bijaksana beliau segera mengetahui bahwa kedua harimau kembar itu adalah putra putrinya dari Dewi Sucilarang. Sang Prabu sangat sedih dan terharu dengan kisah hidup yang dialami oleh kedua
putera-puterinya.
Setelah bincang bincang secara ghaib Sang Prabu segera memerintahkan Bongbang Larang agar menjadi penjaga ghaib di Keraton Pajajaran sedangkan untuk adiknya Bongbang Kancana diberikan tugas untuk menjaga Keraton Majapahit. Karena kini keduanya memiliki tugas yang saling berjauhan maka di waktu-waktu tertentu kedua saudara kembar ini diperkenankan untuk saling menjenguk satu sama lainnya. Karena itulah menurut kepercayaan masyarakat Panjalu pada jaman dahulu, kedua harimau tersebut akan berkeliaran saat bulan bulan Maulud tiba di Tanah jawa.
Tamat-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah bincang bincang secara ghaib Sang Prabu segera memerintahkan Bongbang Larang agar menjadi penjaga ghaib di Keraton Pajajaran sedangkan untuk adiknya Bongbang Kancana diberikan tugas untuk menjaga Keraton Majapahit. Karena kini keduanya memiliki tugas yang saling berjauhan maka di waktu-waktu tertentu kedua saudara kembar ini diperkenankan untuk saling menjenguk satu sama lainnya. Karena itulah menurut kepercayaan masyarakat Panjalu pada jaman dahulu, kedua harimau tersebut akan berkeliaran saat bulan bulan Maulud tiba di Tanah jawa.
Tamat-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------