Pada tahun 1758, Carl Linnaeus dalam karyanya yang berjudul Systema Naturae untuk pertama kalinya memberi gambaran harimau secara ilmiah dan memberinya nama Felis tigris kemudian dalam kurun waktu 300 tahun berikutnya ahli taksonomi Inggris Reginald Innes Pocock Pada tahun 1929, mensubordinasikan spesies di bawah genus Panthera menggunakan nama ilmiah Panthera tigris.
Setelah deskripsi spesies pertama oleh Carl Linnaeus akhirnya beberapa spesimen harimau dideskripsikan dan diusulkan sebagai subspecies baru berdasarkan factor genetika dan habitat aslinya. Validitas beberapa subspesies harimau sempat dipertanyakan pada tahun 1999.
Pengkajian ulang sebagian besar subspesies yang diduga digambarkan pada abad ke-20 dibedakan berdasarkan panjang dan warna bulu, pola striping dan ukuran tubuh. Sehingga karakteristik yang sangat bervariasi dalam populasi dapat dibedakan secara morfologis dan aliran gen antar populasi di daerah tersebut dianggap telah terjadi selama jaman awal prasejarah sekitar 2 juta sampai 1 juta tahun yang lalu.
Pengkajian ulang sebagian besar subspesies yang diduga digambarkan pada abad ke-20 dibedakan berdasarkan panjang dan warna bulu, pola striping dan ukuran tubuh. Sehingga karakteristik yang sangat bervariasi dalam populasi dapat dibedakan secara morfologis dan aliran gen antar populasi di daerah tersebut dianggap telah terjadi selama jaman awal prasejarah sekitar 2 juta sampai 1 juta tahun yang lalu.
Karena rentan waktu yang amat panjang tersebut maka diusulkan untuk mengenali dua subspesies harimau yang valid yaitu Panthera Tigris Tigris di daratan Asia, dan Panthera Tigris Sondaica di Kepulauan Sunda Raya.
Hasil analisis kraniologi terhadap 111 tengkorak harimau dari negara-negara Asia Tenggara menunjukkan bahwa tengkorak harimau Sumatera berbeda dengan tengkorak harimau Indocina dan harimau Jawa, sedangkan tengkorak harimau Bali serupa dengan tengkorak harimau Jawa. Para ahli genetik mengusulkan untuk mengklasifikasikan harimau Sumatera dan Jawa sebagai spesies yang berbeda Pathera Tigris Sumatrae dan Pathera Tigris Sondaica dan harimau Bali sebagai subspesies Pathera Sondaica Balica.
Pada tahun 2015, sifat morfologi, ekologi dan molekuler dari semua subspesies harimau putatif dianalisis dalam pendekatan gabungan. Hasil dari penelitian tersebut memberikan fakta positif yang sangat mendukung perbedaan dua kelompok evolusioner Benua Asia dan harimau Sunda. Validitas dari penemuan tersebut mendorong terjadinya pengakuan terhadap 2 subspesies harimau yaitu Pathera Tigris Tigris terdiri dari populasi harimau Bengal, Malaya, Indocina, Cina Selatan, Siberia dan Caspian sedangkan untuk Panthera Tigris Sondaica terdiri dari populasi harimau Jawa, Bali dan Sumatera.
Reklasifikasi baru yang lebih valid ini jelas akan mempengaruhi pengelolaan konservasi harimau diberbagai lokasi endemik harimau yang masih eksis tersisa dimuka bumi . Para pakar konservasi harimaupun memberikan respon positif atas penemuan ini, karena akan sangat memudahkan proses pengembangbiakan serta regenerasi anak anak harimau agar dapat melanjutkan kejayaan orang tua mereka.
Pendapat ini ataupun pendapat lama tentang harimau dan pembagian subspesiesnya tetaplah tidak bermanfaat apabila sosialisasi tentang status harimau yang sangat kritis tidak mampu menekan jumlah perburuan dan pembunuhan terhadap mereka serta berkurangnya penghancuran habitat mereka. Harimau tetap akan tergusur oleh kebengisan umat manusia dalam memanfaatkan alam raya.
Usaha usaha konservasi telah banyak memberikan dampak yang sangat signifikan untuk kelanjutan eksistensi harimau yang tersisa tetapi ledakan populasi manusia yang akan berdampak pada invasi wilayah wilayah harimau akan menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua. ( Save Our Tiger )
( Dioleh dari berbagai sumber dan Wikipedia )