Friday, 2 March 2018

Kisah Tragis Harimau Panyalahan


Pada jaman dahulu, di Tasikmalaya ada sepasang suami istri di daerah Tasikmalaya. Kehidupan mereka cukup tentram dan bahagia. Pada suatu hari mereka menemukan seekor harimau kecil yang ditinggal mati oleh induknya. Harimau itu dipelihara oleh mereka, dididik dan diperlakukan seperti anggota keluarga sendiri. Ternyata hewan itu tahu diri, ia menjadi penurut kepada sepasang suami istri itu. Harimau itu tumbuh menjadi besar, ia cerdas dan tangkas. Harimau itu dipanggil si Loreng.
Demikian erat hubungan si Loreng dengan suami istri itu sehingga ia dapat mengerti kata-kata yang diucapkan suami istri itu. Kalau ia disuruh pasti menurut dan mengerjakan perintah suami istri itu dengan baik.

Suami istri yang bekerja sebagai petani itu semakin berbahagia ketika lahir anak mereka, seorang bayi laki-laki yang sehat dan menyenangkan. Inilah saat bahagia yang mereka tunggu-tunggu sejak lama Apabila mereka pergi bekerja disawah, bayinya ditinggal di rumah. Si Loreng ditugaskan untutk menjaga keselamatan bayi itu. Hal ini berlangsung selama beberapa bulan.

Sepasang suami istri itu setuju ternyata dapat dipercaya menjaga keslamatan anak mereka. Pada suatu siang yang terik, istri petani pergi kesawah untuk mengirim makanan kepada suaminya Melihat kedatangan istrinya si suami segera menghentikan pekerjaannya. Ia segera menghampiri istrinya di danau. Disana si suami melahap makanan yang dihidangkan istrinya.
Baru saja selesai makan dan minum, tiba-tiba mereka mendengar suara gerengan si Loreng. Si Loreng nampak lari pontang-panting, melewati pematang sawah terus menuju ke dangau. Si Loreng mengibaskan ekornya berkali-kali dengan lembut sebari mengosok-gosokkan badannya kepada suami istri itu

"Kakang,mengapa tingkah si Loreng tidak seperti biasanya?"tanya sang istri.
"Iya istriku....aneh sekali. Ada apa gerangan ?" sahut sang suami.
"Kakang ! Lihat..!" teriak si istri." Mulut Loreng penuh dengan darah!"
Sang suami tersentak kaget, mulut si Loreng memang berlumuran darah segar.
"Loreng...?kata sang suami." Jangan-jangan kau telah menerkam anakku. Kau telah membunuh anakku!"

Si Loreng menggeleng-gelengkan kepalanya. Sehingga darah di bagian mulutnya berhamburan, si suami seketika meluap amarahnya. Ia segera mencabut goloknya dan menanggal kepala si Loreng ! Si Loreng yang tak menduga di serang tak sempat mengelak, Harimau itu mengerang kesakitan, ia tidak melawan,hanya sepasang matanya memandang ke arah sepasang suami istri itu penuh dengan rasa penasaran. Karena hewan itu belum mati si suami segra mengayunkan goloknya dengan penuh kemarahan hingga tiga kali, putuslah leher si Loreng dari badannya. Binatang itu tewas dengan cara mengenaskan.

"Kakang ! Cepat kita pulang !"
Mereka segra berlari ke rumahnya.
Sampai di dalam rumahnya, mereka mendapati anaknya masih berada di dalam ayunan. Bayi itu nampak tertidur nyenyak. Dirabanya tubuh anaknya itu, diguncang-guncangnya tubuhnya. Si bayi pun terbangun dan tersenyum melihat kedatangan orang tuanya.

Kedua suami istri itu bersyukur karena bayinya selamat dan masih hidup. Setelah puas memandangi anak bayinya, Setelah merasa lega atas keslamatan anaknya, kini mereka celingukan, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan perhatian mereka terpusat pada tempat sekitar ayunan anaknya bagian bawah.Mereka mendapatkan bangkai seekor ular besar berlumuran darah tergeletak di bawah ayunan. Sadarlah mereka bahwa si Loreng tlah berjasa menyelamatkan jiwa anaknya dari bahaya serangan ular besar

Suami istri itu sangat menyesal, terlebih suami, karena telah tergesa-gesa membunuh harimau kesayangannya. Hal tersebut dilakukannya karena salah sangka. Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka tempat tinggal suami istri itu dinamakan "Penyalahan". Lama kelamaan Penyalahan makin banyak penduduknya sampai menjadi sebuah desa yang ramai.

Menurut kepercayaan mereka yang berasal dari desa Panyalahan, sampai sekarang senjata apapun tidak mempan untuk membunuh harimau, hal ini terjadi karena di desa Penyalahan pernah terjadi peristiwa mengenaskan yaitu seekor harimau yang tidak bersalahan dibunuh karena salah sangka.
Kisah ini memberi pelajaran kepada kita agar tidak betindak gegabah, berpokirlah dengan cermat sebelum mengambil tindakan yang nantinya merugikan.