Harimau Indocina diperkirakan masih hidup bebas di wilayah
di Myanmar, Thailand dan Laos, sementara ditempat lain belum tercatat lagi
keberadaannya sejak tahun 1997. menurut data-data valid yang tersedia di
beberapa negara endemik harimau Indocina seperti Kamboja, Vietnam dan Tiongkok
dapat dipastikan sudah tidak ada lagi individu yang tersisa baik dialam liar
maupun didalam penangkaran. Di Myanmar harimau indochina mendapatkan tempat yang cukup
layak untuk melanjutkan eksistensi mereka. Keberadaan harimau dapat kita jumpai
di Lembah Hukawng, Suaka Margasatwa Tamanthi dan di dalam dua wilayah kecil
lainnya di distrik Tanintharyi. sebelum
masa sekarang ini harimau indochina sempat berkeliaran di areal Bukit
Tenasserim yang merupakan daerah penting perkembang biakan alami harimau
indochina, namun apa daya meningkatnya jumlah penduduk serta tuntutan keadaan
ekonomi membuat penduduk melakukan banyak penebangan liar dan perburuan harimau
secara berkala.
Sementara di Thailand lebih dari separuh dari total populasi
bertahan di komplek konservasi Western Forest terutama di kawasan Suaka Margasatwa Huai
Khaeng. Habitat ini terdiri dari hutan sub tropis dan subtropis lembab. Di Cina
secara historis di provinsi Yunnan dan Kabupaten Mêdog di bagian barat daya
negara itu, di mana harimau mungkin tidak dapat bertahan lagi hari ini. Habitat harimau Indocina adalah hutan, padang
rumput, pegunungan dan perbukitan namun secara spesifik mereka lebih menyukai
hidup dihabitat hutan seperti hutan hujan tropis, hutan cemara, hutan gugur,
hutan broadleaf kering tropis dan subtropis. Hewan ini bersikap sangat soliter
hingga perilaku mereka sangat sulit untuk diamati dan dipelajari di alam liar,
hanya sedikit saja pengetahuan tentang perilaku mereka yang dapat di kumpulkan
oleh para ahli dan peneliti.
Mangsa utama hewan ini umumnya adalah mamalia liar berukuran
sedang dan besar. Seperti rusa sambar, babi hutan, serow, dan banteng dan gaur
remaja terdiri dari sebagian besar makanan harimau Indocina. Namun, di sebagian
besar populasi hewan besar di Asia Tenggara telah benar-benar habis karena
perburuan liar, mengakibatkan apa yang disebut "sindrom hutan kosong"
- yaitu hutan yang terlihat utuh, namun sebagian besar satwa liar telah
dieliminasi. Beberapa spesies mangsa, seperti rusa kouprey dan
Schomburgk, punah, dan Rusa Elder, babi hutan, dan kerbau liar hanya terdapat
dibeberapa wilayah khusus. Dalam situasi seperti ini harimau dipaksa untuk
hidup dengan mangsa yang lebih kecil, seperti rusa muntjac, landak, kera dan
babi hutan. Mangsanya sendiri hampir tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
energi karnivora besar seperti harimau, dan tidak cukup untuk reproduksi
harimau. Faktor ini, yang dikombinasikan dengan perburuan harimau secara
langsung untuk pengobatan tradisional Tiongkok, merupakan kontributor utama
dalam keruntuhan harimau Indocina sepanjang jangkauannya.
Ancaman utama harimau Indocina adalah manusia. Manusia
memburu harimau Indocina untuk memanfaatkan bagian tubuh mereka untuk hiasan
dan berbagai obat tradisional Timur. Harimau Indocina juga menghadapi hilangnya
habitat. Manusia merusak habitat alami mereka, mengembangkan lahan industri dan
merusak komposisi tanah. Meskipun
ilegal, perdagangan bagian-bagian tubuh harimau di pasar gelap telah banyak memberikan
keuntungan yang sangat besar. Meskipun ini melanggar hukum dan menjadi salah
satu profesi yang tidak disukai oleh
sebagian masyarakat tetapi karena tuntutan kebutuhan hidup karena ekonomi yang
pas pasan telah membuat mereka tetap nekat melakukannya.
Harimau adalah salah satu sub spesies hewan dengan kasta
tertinggi di hampir semua system ekosistem hutan. Ketika predator puncak
mengalami penurunan atau bahkan benar-benar musnah dari ekosistem akan ada
konsekuensi serius dan tentunya akan menggangu semua system jaringan mata
rantai makanan dan mengganggu berfungsinya ekosistem secara tepat. Mereka
mengendalikan pertumbuhan dan penurunan populasi dan meningkatkan
keanekaragaman spesies. Dari seluruh subspesies harimau, harimau Indocinalah
yang paling sedikit terdapat didalam penangkaran dan kadang bukan merupakan
bukan dari program pengembangbiakan yang tersitem dengan baik. Pada tahun 2007
terdapat 14 individu yang dikenali sebagai harimau Indocina berdasarkan
analisis genetik 105 harimau yang ditangkap sebagai keperluan penelitian di 14
negara Asia.