Memasuki abad 21 ini Harimau Malaya telah terdaftar sebagai salah
satu satwa yang masuk dalam katagori Critically Endangered Spescies. Hal ini
disebabkan dengan beberapa fakta fakta baru yang menunjukkan bahwa jumlah
harimau malaya mungkin tak kurang dari 250 saja di alam liar dan terus menurun dalam
satu generasi kebawahnya.
Populasinya terus menurun dari sekitar 3.000 ekor
pada tahun 1950-an menjadi sekita 500 ekor saja pada era 1990-an dan jumlah ini
terus menurun selama dekade awal abad 21 hingga sekarang ini dengan perkiraan angka
harimau dialam bebas menjadi 250 sampai 340 ekor pada tahun 2013.
Menurut
Malaysia. Hal tersebut telah mengindikasikan
penurunan jumlah yang cukup signifikan dengan presentase mencapai angka 25%
dari generasi terakhir harimau malaya.
Akibat konflik global antara harimau dan kepentingan
industrial manusia maka habitat harimau telah menurun tajam dari lahan seluas
98.818 km2 sebelum tahun 1970-an menjadi 75.079 km2 pada tahun 1980-an dan menjadi
55.387 km2 pada tahun 2000-an. Penurunan ini terbilang sangat besar setiap memasuki satu dasarwarsa setiap kalender tahunan berganti.
Pada tahun 2005
yang lalu pemerintah Malaysia menugaskan Kementerian Industri Perkebunan dan
Komoditi untuk memulai program agresif untuk mengembangkan hutan tanaman di
seluruh Malaysia. Indikasi ini akan mengakibatkan hilangnya sejumlah habitat
harimau karena pemerintah Malaysia telah memulai perluasan program penanaman
hutan komersial menjadi 3.750 km2 selama periode 15 tahun dari tahun 2006
sampai 2020 sambil memberikan pinjaman lunak dan insentif pembebasan pajak pada tahun 2009 yang lalu.
Angka angka penurunan bisa saja terus terjadi karena selain
penyusutan habitat alaminya, harimau juga mengalami serangkaian terror pembunuhan
untuk komersial. Perburuan dan perdagangan bagian bagian tubuh harimau masih
terbilang cukup tinggi. Ancaman terhadap Harimau dari aktifitas perdagangan
gelap di gambarkan secara gamblang melalui peristiwa sepanjang 2012 yang telah berhasil mewaskan setidaknya 22
ekor harimau Malaysia dan terbongkarnya sindikat Internasional perdagangan
harimau. Tidak hanya itu otoritas setempat juga berhasil menemukan setidaknya
952 buah jerat harimau yang dipasang oleh para pemburu gelap dari berbagai
penjuru dunia.
Selain ancaman hebat terhadap harimau ternyata situasi
harimau juga tidak semakin baik di alam liar dengan hilangnya berbagai sumber
makanan dan buruannya oleh aktifitas perburuan gelap. Menghilangnya sumber makanan
seperti seperti Sambar Rusa, Bearded Pig Sus barbatus dan Banteng Bos javanicus.
Diyakini akan semakin menghambat usaha usaha konservasi harimau itu sendiri
karena hal tersebut merupakan salah satu faktor penting yang harus mampu
dipulihkan oleh badan otoritas setempat dan masyarakat dunia pada umumnya.
Dengan angka perkiraan populasi antara 250-340 harimau dewasa pada dasawarasa terkahir ini serta berkurangnya basis mangsa dan hutan alami sebagai habitat harimau. Masyarakat telah meminta pemerintah untuk menetapkan atau mendirikan sebuah Badan Konservasi Harimau Nasional agar secara efektif mampu mengkoordiniir dan memantau
pelaksanaan konservasi Harimau dengan profesional. Badan ini juga diharapkan dapat membuat keputusan eksekutif mengenai kebijakan, alokasi sumber daya,
penegakan dan pengelolaan lahan yang sesuai untuk konservasi Harimau. Untuk
saat ini, upaya anti-perburuan di daerah prioritas diperkuat oleh tim penegakan
multi-badan, termasuk personil militer.
Dari berbagai sumber.
Dari berbagai sumber.